TINJAUAN PSIKOLOGIS TENTANG TRANSFER DALAM BELAJAR
OLEH:
I Wayan Juliawan (1029041029)
I Gede Widiastika (1029041032)
Dek Ngurah Laba Laksana (1029041033)
Transfer dalam belajar yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
Menyimak dari latar belakang di atas, perlu kiranya untuk melakukan kajian lebih mendalam terkait dengan pengertian transfer belajar. Dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai bagaimana proses transfer belajar dapat terjadi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan salah satu bidang yang sangat penting untuk dipelajari dalam psikologi karena psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku, sementara hampir tidak ada perilaku yang tidak dipelajari. Hergenhahn (dalam Achmat, 2006) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku sebagai hasil belajar tidak selalu berwujud dalam bentuk perilaku nyata (overt behavior), tetapi bisa berupa potensi saja yang sewaktu-waktu akan muncul menjadi perilaku nyata. Perubahan perilaku yang disebabkan oleh adanya perubahan fisik yang bersifat sementara, misalnya karena sakit, kelelahan, atau pengaruh obat tidak bisa dikatakan sebagai hasil belajar.
Senada dengan Hergrnhahn, Burns (dalam Syah, 2002) menggambarkan belajar sebagai suatu perubahan perilaku yang relatif permanen, baik berupa aktivitas yang dapat diamati maupun proses-proses internal, seperti berpikir, sikap dan emosi. Dalam hal ini, Burns memasukkan motivasi dalam definisi tentang belajar. Burns percaya bahwa belajar bisa saja tidak terwujud dalam perilaku nyata sampai beberapa waktu setelah program pendidikan diselesaikan.
Secara lebih sederhana, Feldman (dalam Achmat 2006) mendefinisikan belajar sebagai sebuah proses perubahan perilaku yang relatif permanen karena adanya suatu pengalaman. Feldman membedakan perubahan-perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman dengan perubahan perilaku sebagai akibat kematangan yang mengikuti pertumbuhan fisik. Feldman mencontohkan semakin baiknya seorang anak bermain tenis, tidak dapat dikatakan begitu saja sebagai hasil belajar, melainkan terjadi karena semakin kuatnya fisik dan kemampuan koordinasi otot anak tersebut seiring dengan pertumbuhannya. Feldman menekankan bahwa perubahan perilaku disebut sebagai hasil belajar jika perubahan tersebut terjadi sebagai konsekuensi dari pengalaman.
Sedangkan Gestalt menyatakan proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual field. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu permasalahan (http://psikologi.or.id).
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain: 1) pengalaman tilikan (insight), 2) pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), 3) perilaku bertujuan (purposive behavior), 4) prinsip ruang hidup (life space), 5) transfer dalam belajar (learning transfer).
Transfer dalam belajar yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
Menyimak dari latar belakang di atas, perlu kiranya untuk melakukan kajian lebih mendalam terkait dengan pengertian transfer belajar. Dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai bagaimana proses transfer belajar dapat terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengertian dan prinsip-prinsip dalam transfer belajar?
2. Bagaimanakah ragam dalam transfer belajar?
3. Bagaimanakah proses terjadinya transfer belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dan prinsip-prinsip dalam transfer belajar?
2. Untuk mengetahui ragam dalam transfer belajar?
3. Untuk mengetahui proses terjadinya transfer belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Prinsip-prinsip dalam Transfer Belajar
2.1.1 Pengertian transfer belajar
Pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasai sebagai hasil belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya. Fenomena itu terjadi karena adanya proses pengalihan belajar atau transfer belajar (Syah, 2002). Sementara transfer belajar menurut Winkel (1991) adalah pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah. Kata pemindahan keterampilan tidak berkonotasi hilangnya keterampilan melakukan sesuatu pada massa lalu karena diganti dengan keterampilan baru pada masa sekarang. Oleh karena itu, difinisi di atas harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh pengetahuan atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu lainnya (Reber, dalam Syah, 2002).
Difinisi lain tentang transfer belajar dikemukakan oleh Gagne dalam (Budihardjo, 2005) yaitu proses mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, sehingga dapat memperdalam, memperhalus dan menambahkan serta memperbaiki pengalaman sebelumnya. Dari proses tersebut akan diperoleh pengetahuan baru yang lebih baik melalui proses belajar. Pengalaman baru yang diperoleh akan disimpan dan pada saat tertentu akan dimunculkan kembali dalam bentuk lain.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, terdapat empat jenis pandangan mengenai hakekat transfer belajar yaitu teori disiplin formal, teori elemen identik, teori generalisasi, dan teori Gestalt. Teori transfer yang dimaksud di sini adalah teori yang menyatakan bahwa setiap fungsi sebagai akibat mempelajari bahan tertentu akan tertransfer dalam mempelajari bahan apapun juga, bahkan kadang-kadang tidak berhubungan dengan bahan latihan tersebut (Winkel, 1991). Penjelasan mengenai ke empat teori tersebut adalah sebagai berikut.
A. Teori disiplin formal
Teori disiplin formal bertitik tolak pada anggapan aliran psikologi daya, tentang psikis atau kejiwaan manusia. Teori ini menyatakan bahwa daya berpikir, daya mengingat, daya berkemauan, daya merasa dan lain sebagainya dapat dilatih.
B. Teori elemen identik
Edward Thorndike berpendapat bahwa transfer belajar dari satu bidang ke bidang studi lain atau dari bidang studi ke kehidupan sehari hari, terjadi berdasarkan adanya unsur unsur yang identik dalam kedua bidang studi itu atau antara bidang studi di sekolah dengan kehidupan. Oleh karena itu hakekat transfer adalah pengalihan penguasaan suatu unsur di bidang studi yang satu ke unsur yang sama di bidang studi lain. Makin banyak unsur yang sama antara beberapa bidang studi makin besar kemungkinan terjadi transfer belajar positif. Jadi, banyak sedikitnya transfer belajar tergantung dari banyak sedikitnya unsur-unsur yang sama antara kedua bidang studi atau antara bidang studi di sekolah dan kehidupan sehari-hari.
C. Teori generalisasi
Charles Judd berpendapat bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola dan prinsip prinsip umum. Apabila peserta didik mampu mengembangkan dan menggeneralisasi konsep, kaidah, prinsip dan strategi untuk memecahkan masalah suatu bidang studi, maka peserta didik akan mampu mentransfer konsep, kaidah, prinsip dan strategi tersebut ke bidang studi lain. Kesamaan antara dua bidang studi, tidak terletak apada unsur-unsur khusus, melainkan dalam pola, struktur dasar dan prinsipnya. Misalnya kesamaan materi atau bahan dalam konsep, kaidah atau prinsip antara dua bidang studi. Menurut Winkel (1991) faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar adalah sebagai berikut.
1. Proses belajar
Transfer belajar positif akan tercapai jika dalam proses pembelajaran mampu melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap fase pembelajaran. Fase tersebut adalah keterlibatan pada motivasi, konsentrasi dan pengolahan materi pembelajaran dengan sungguh-sungguh.
2. Bahan/materi bidang studi
Kesamaan antara bidang bidang studi atau antara bidang studi dengan kehidupan sehari hari secara mutlak harus ada, agar terjadi transfer belajar. Kesamaan itu antara lain meliputi: materi, metode, prosedur kerja atau sikap.
3. Faktor subyektif siswa
Fungsi psikis kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik juga mempengaruhi terjadinya transfer belajar. Kemauan, kesiapan dan motivasi untuk menggunakan hasil belajar serta kemauan intelektual dalam mengolah hasil tersebut lebih memungkinkan terjadinya transfer belajar.
4. Sikap dan usaha guru
Transfer belajar pada peserta didik juga bergantung pada kesadaran dan usaha guru untuk mendampingi peserta didik dalam mengadakan transfer belajar. Sikap kemampuan dan usaha guru untuk mengajar seracara fungsional, yaitu menghubungkan hasil belajar di bidang studi lain atau dengan pengalaman kehidupan sehari hari, serta kemampuan menciptakan kondisi eksternal yang menunjang terjadinya transfer belajar.
D. Teori Gestalt
Transfer terjadi dengan cara mengangkat unsur-unsur tertentu dari suatu keseluruhan yang berarti dan kemudian menempatkan unsur-unsur tersebut dalam keseluruhan lain secara tepat.
Kondisi-kondisi yang mempermudah transfer adalah (Slameto, 2003).
a) Kemampuan asli pelajar
Transfer merupakan fungsi dari belajar tahap permulaan.
b) Keberartian bidang pengajaran
Transfer akan berlangsung lebih lancar apabila peserta didik mempelajari materi yang menarik baginya.
c) Sikap dan usaha peserta didik
Sikap positif dan usaha suka rela (dengan tulus dalam belajar akan memperlancar transfer).
d) Cara mengajar
Cara mengajar yang menarik, bervariasi, tepat guna dan sesuai dengan kemampuan murid akan memperlancar transfer.
2.1.2 Prinsip-prinsip dalam Transfer Belajar
Prinsip-prinsip transfer (sehubungan dengan mengingat) menurut Klasmeier (dalam Slameto, 2003) adalah sebagai berikut.
Generalisasi | Prinsip |
1. Mengarahkan energi sacara intensif pada suatu tujuan. 2. Materi yang bermakna, yang berkaitan antara berbagai bagian dan yang mana individu dapat memasukannya dalam struktur kognitifnya yang siap dipelajari dan diingat. 3. Penguat positif akan memapankan perilaku, dan dan karenanya memungkinkan terjadinya retensi. 4. Latihan/praktek meningkatkan stabilitas dan kejelasan pengetahuan individu sehingga mengurangi kelupaan. 5. Larangan yang pro-aktif dan retro-aktif serta kurangnya keterkaitan materi sebagai akibat retensi. 6. Pengetahuan, sikap dan kemampuan yang digeneralisasikan siap dialihkan ke situasi yang baru. 7. Sikap, pengetahuan, dan kemampuan individu yang umum dan inklusif dikembangkan melalui penerapan dan berbagai situasi. 8. Sikap, pengetahuan, dan kemampuan akan mendapatkan organisasi yang mapan melalui pengalaman belajar yang produktif selama jangka waktu tertentu. | 1. Menanamkan kesungguhan pada anggota yang belajar. 2. Membuat materi belajar menjadi bermakna. 3. Memungkinkan terjadinya konsekuensi yang memuaskan terhadap respon-respon yang benar. 4. Menyediakan latihan/praktek. 5. Menghindari organisasi yang salah dan gangguan. 6. Menekankan konsep konsep dan kemampuan-kemanpuan umum. 7. Memungkinkan terjadinya aplikasi. 8. Memungkinkan peningkatan belajar dan tindak lanjutnya. |
2.2 Ragam Transfer Belajar
Peristiwa pemindahan pengaruh (transfer) sebagaimana tersebut di atas pada umumnya selalu membawa dampak positif maupun negatif terhadap aktivitas dan hasil pembelajaran materi pelajaran atau keterampilan lain. Secara umum, transfer dapat dibagi dua kategori, yakni transfer positif dan transfer negatif.
Menurut Theory of Identical Element yang dikembangkan oleh Thordike, transfer positif biasanya terjadi apabila ada kesamaan elemen antara materi yang lama dengan materi yang baru. Contohnya, seorang siswa yang menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika. Contoh lain yang lebih mudah dipahami ialah kepandaian mengendarai sepeda membuat orang mudah belajar naik sepeda motor.
Sebaliknya, orang yang sudah terbiasa mengetik dengan dua jari, jika dia belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesulitan daripada orang yang baru belajar mengetik. Pengalaman kesulitan inilah yang disebut transfer negatif. Artinya keterampilan yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar keterampilan lainnya.
Selanjutnya, menurut Gagne, transfer dalam belajar dapat digolongkan ke dalam empat kategori yaitu: 1) transfer positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya, 2) transfer negatif, yaitu transfer yang berefek buruk terhadap belajar selanjutnya, 3) transfer vertikal yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi, 4) transfer lateral, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat.
Penjelasan lebih lanjut mengenai aneka ragam transfer baik dari Thordike maupun dari Gagne adalah sebagai mana yang terurai berikut ini.
a. Transfer positif
Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif adalah Learning in one sitiation hardfull in other situation yakni, belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lainnya.
b. Transfer negatif
Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila dia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi lainnya. Pengertian ini diambil dari educational psicology yang menyatakan bahwa transfer negatif itu berarti learning in one situation has the damaging effect in other situation.
Dengan demikian pengaruh keterampilan atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa sendiri tak ada hubungannya dengan kesulitan yang dihadapi siswa tersebut ketika mempelajari pengetahuan atau keterampilan lainnya. Jadi kesulitan belajar mengetik sepuluh jari seperti yang dicontohkan di atas belum tentu disebabkan oleh kebiasaan mengetik dua jari yang sebelumnya sudah dikuasai. Menghadapi kemungkinan terjadinya transfer negatif itu, yang penting bagi guru adalah menyadari dan sekaligus menghindarkan para siswanya dari situasi-situasi belajar tertentu yang diduga keras akan berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para siswa tersebut pada masa yang akan datang.
c. Transfer vertikal
Transfer vertikal dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasi pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Misalnya seorang siswa SD yang telah menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu menduduki kelas dua, akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia menduduki kelas tiga. Sehubungan dengan hal ini penguasaan materi pelajaran kelas dua merupakan prasyarat untuk jenjang pendidikan selanjutnya.
d. Transfer lateral
Transfer lateral dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut.
Sebagai contoh, seorang lulusan SMK Teknik Mesin yang telah menguasai teknologi “X” dari sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut di tempat kerjanya. Di samping itu, ia juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan teknologi mesin lainnya yang mengandung elemen dan kerumitan yang kurang lebih sama dengan mesin “X” tadi. Akibatnya, transfer lateral itu dapat dikatakan sebagai gejala wajar yang memang sangat diharapkan baik oleh pihak pengajar maupun pihak pelajar. Namun, idealnya hasil belajar siswa tidak hanya dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang sama rumitnya dengan belajar, tetapi juga dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang lebih kompleks dan penuh persaingan.
2.3 Proses Terjadinya Transfer Belajar
Di atas telah diuraikan secukupnya mengenai arti transfer positif dan signifikansinya bagi kegiatan belajar siswa. Namun, bagimanakah sebenarnya transfer positif itu terjadi dalam diri siswa? Berikut adalah penjelasan mengenai proses terjadinya transfer belajar.
Transfer positif, seperti yang telah diutarakan, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrerampilan yang telah ia pelajari di sekolah. Transfer positif dalam pengertian seperti inilah sebenarnya yang perlu diperhatikan guru, mengingat tujuan pendidikan secara umum adalah terciptanya sumber daya manusia berkualitas yang adaptif. Kualitas inilah yang seyogianya didapat dari lingkungan pendidikan untuk digunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, setiap lembaga kependidikan terutama jenjang pendidikan menengah, perlu menyediakan kemudahan-kemudahan belajar, seperti alat-alat dan ruang kerja yang akan ditempati siswa kelak setelah lulus.
Sementara itu, menurut teori yang dikembangkan Thordike, transfer positif hanya akan terjadi apabila dua materi pelajaran memiliki kesamaan unsur. Hal-hal seperti kesamaan situasi dan benda-benda yang digunakan untuk belajar sebagaimana tersebut dalam teori Gagne, tidak dianggap berpengaruh. Untuk memperkuat asumsinya, Thordike memberi contoh, jika Anda telah memecahkan masalah geometri yang mengandung sejumlah huruf tertentu sebagai petunjuk, maka Anda tak akan dapat mentransfer kemampuan memecahkan masalah geometri itu untuk memecahkan masalah geometri lainnya yang menggunakan huruf yang berbeda.
Dalam perspektif psikologi kognitif masa kini, mekanisme transfer positif masih diragukan karena teori ini menganggap transfer sebagai peristiwa-peristiwa spontan dan mekanis seperti yang diyakini orang selama ini. Keraguan itu timbul karena para ahli kognitif telah banyak menemukan peristiwa transfer positif yang sangat mencolok antara kedua ketrampilan yang memiliki unsur yang sangat berbeda, namun memiliki struktur logika yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian menurut perspektif kognitif transfer positif hanya akan terjadi pada diri seorang siswa apabila dua wilayah pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari siswa tersebut menggunakan dua fakta dan pola yang sama, dan membuahkan hasil yang sama pula. Dengan kata lain dua domain pengetahuan tersebut merupakan sebuah pengetahuan yang sama.
Ilustrasinya dapat digambarkan sebagai berikut. Orang yang menduga bahwa seorang siswa yang telah membaca kitab alquran akan secara otomatis mudah belajar bahasa arab karena ada kesamaan unsur (sama-sama bertulisan arab) perlu dipertanyakan. Namun seorang siswa yang pandai dalam seni baca alquran sangat mungkin dia belajar tarik suara karena dalam dua wilayah keterampilan itu terdapat kesamaan struktur logika yakni logika seni. Demikian pula halnya dengan siswa yang sudah menguasai bahasa dan sastra Indonesia, ia mungkin akan mudah sebagai seorang pengarang. Mudahnya siswa tersebut sebagai pengarang bukan akan adanya kesamaan unsur, melainkan karena antara penguasaan bahasa dan sastra dengan aktivitas mengarang itu terdapat hubungan yang muncul dari struktur logika yang sama.
Sesungguhnya transfer itu merupakan peristiwa kognitif yang terjadi karena belajar. Jadi belajar dalam hal ini seyogianya dipandang sebagai keadaan sebelum transfer atau prasyarat adanya transfer dengan demikian anggapan bahwa transfer itu spontan dan mekanis sebenarnya berlawanan dengan hakikat belajar itu sendiri, yakni perbuatan siswa yang sedikit atau banyak selalu melibatkan aktivitas kognitif. Sementara untuk kasus transfer negatif menurut Andersen dan Lawson (dalam Syah, 2002) tak perlu dirisaukan karena jarang terjadi. Kesulitan belajar siswa yang terjadi selama ini diduga karena transfer negatif sebenarnya memerlukan penelitian lebih lanjut. Sebab selama ini gangguan konflik antar ingatan fakta dalam memori manusia hampir tak pernah terjadi atau mengganggu perolehan keterampilan baru. Sehingga kesulitan belajar yang dialami siswa mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti faktor intern siswa dan ekstern siswa (misalnya, labilnya emosi, gangguan alat indra, dan lingkungan belajarnya).
Terdapat peristiwa belajar yang secara lahiriah tampak seperti transfer tetapi sesungguhnya bukan. Contoh-contoh ini penting untuk diketahui agar siswa dan guru tidak terkecoh oleh timbulnya sesuatu yang baru dan baik sebagai sesuatu yang sedang diharapkan yakni transfer positif. Pertama, seorang siswa yang berkemampuan menulis dengan menggunakan tangan kanan lalu suatu saat dia mampu juga menulis dengan tangan kirinya. Atau kejadian lain seperti seorang siswa memantul-mantulkan bola dengan tangan kanannya kemudian siswa itu juga mampu memantul-mantulkan bola dengan tangan kirinya walaupun tanpa latihan. Peristiwa seperti ini tampaknya seperti transfer karena kemampuan tangan kanan seakan-akan memberi pengaruh tangan kirinya, padahal peristiwa tersebut bukan transfer. Peristiwa-peristiwa tadi hanya merupakan bukti bahwa perilaku belajar itu bersifat organik yakni melibatkan semua organ-organ tubuh, termasuk organ otak, meskipun siswa tadi tidak tampak memikirkan bagaimana cara memantukan bola dengan tangan kirinya. Peristiwa yang tampak seperti yang tampak tadi lazim disebut cross education.
Kedua, seorang anak SD yang mengenal huruf “u” dalam kata “gula” suatu saat dapat pula mengenal huruf tersebut dalam kata “guru” atau “madu” dan sebagainya. Kasus yang terjadi pada anak tadi bukan transfer, melainkan peristiwa penerapan hasil belajar perseptual saja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pengertian transfer belajar yaitu proses mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, sehingga dapat memperdalam, memperhalus dan menambahkan serta memperbaiki pengalaman sebelumnya. Terdapat empat jenis pandangan mengenai hakekat transfer belajar yaitu teori disiplin formal, teori elemen identik, teori generalisasi, dan teori Gestalt. Prinsip-prinsip transfer belajar antara lain: menanamkan kesungguhan pada anggota yang belajar sehingga belajar menjadi bermakna, memungkinkan terjadinya konsekuensi sehingga terjadi peningkatan belajar.
2. Transfer dalam belajar dapat digolongkan ke dalam empat kategori yaitu: transfer positif, transfer negatif, transfer vertikal, transfer lateral.
3. Proses transfer belajar akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrerampilan yang telah ia pelajari di sekolah.
3.2 Saran
Pengertian, prinsip, dan ragam transfer belajar hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai prinsip dan ragam transfer belajar pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan output-output yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmat, Zakarija. 2006. Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Hasil Belajar Peserta Pelatihan Pengembangan Kepribadian dan Kepemimpinan Mahasiswa Baru UMM Tahun 2005/2006. Laporan Penelitian. Jurusan Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang.
Anonim. Psikologi Gestalt. Diunduh melalui http://psikologi.or.id pada tanggal 11 Desember 2010.
Budiharjo, S. 2005. Pengaruh Asal Sekolah terhadap Partisipasi dan Hasil Belajar Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah Mahasiswa Program D III Teknik Sipil Semester II Fakultas Teknik Unnes Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. Universitas Negeri Semarang
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-fakltor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Syah, M. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Winkel,WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta, PT. Grasindo.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar