Selasa, 12 Juli 2011

MODEL PEMBELAJARAN PKn DI SEKOLAH DASAR


MODEL PEMBELAJARAN PKn DI SEKOLAH DASAR

Karakteristik Pembelajaran PKn
Pada materi konsep dasar pendidikan kewarganegaraan telah dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran dengan keunikan tersendiri. PKn dimaknai sebagai pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa dalam hal perancangan pembelajaran PKn perlu mempertahatikan karakteristik pembelajaran PKn itu sendiri. Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn dalam kurikulum perguruan tinggi juga tidak lepas dari nilai-nilai bangsa yang dijadikan arah pengembangan PKn sebagai mata kuliah.

Kompetensi dasar mata kulaih PKn di Perguruan Tinggi adalah menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing; berdisiplindan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Dalam hal tujuan, PKn persekolahan memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a.       Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
b.      Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.
c.       Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d.      Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Menyimak hal-hal di atas, dapat dinyatakan bahwa PKn mengemban misi sebagai pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai-nilai filosofis Pancasila dan nilai konstitusional UUD 1945. Di sisi lain adalah pendidikan politik demokrasi dalam rangka membentuk warganegara yang kritis, partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara bangsa. Dalam  naskah KBK 2004 dinyatakan bahwa Pembelajaran dalam mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan (discovery), (3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5) eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan masalah (problem solving). Metode-metode ini merupakan karakteristik dalam pembelajaran PKn.

Model Model Pembelajaran PKn
Model pembelajaran PKn bercirikan pada pengembangan sikap demokratis yang bertanggung jawab sebagai seorng warganegara. Berkenaan dengan ini. Secara umum Rath dan Kirchenbaun dalam Diknas 2007 mengidentifikasi beberapa model pengembangan sikap demokratis yang bertanggung jawab yang cukup relevan dengan pendidikan kewarganegaraan. Model pembelajaran tersebut antara lain: Pertemuan Kelas Berita Baru (Good News Class Meeting), Cambuk bersiklus (Circle Whip), Waktu untuk Penghargan (Appreciation Time), Waktu untuk yang Terhormat (Compliment Time), Pertemuan Perumusan Tujuan (Goal setting Meeting), Pertemuan Legislasi ( Rule Setting meeting), Pertemuan evaluai aturan (rule Evaluating Meeting), Pertemuan perumusan Langkah Kegiatan (Stage Setting Meeting), Pertemuan Evaluasi dan Balikan (Feedback Evaluation), Pertemuan Refleksi bekajar (Selation on Learning), forum Siswa (Student Presentation), Pertemuan Pemecahan Masalah (Problem Solving Meeting), Pertemuan Isu Akademis (Academis Issues), Pertemuan Perbaikan Kelas (Classroom improvment Meeting), Pertemuan Tindak Lanjut (Folow UP Meeting), Pertemuan Perencanaan (Planing meeting), Pertemuan Pengembangan konsep (Concept Meeting ), Pembahasan situasi Pelik (Stiky Situation), kotak saran ( Suggestion box/ Class Box), Pertemuan dalam Pertemuan (And Meeting on Meeting).
Untuk mengembangkan masyarakat yang demokratis melalui pendidikan kewarganegaraan diperlukan suatu strategi dan pendekatan pembelajaran khusus yang sesuai dengan paradigma baru PKn. Model pembelajaran dapat digunakan salah satunya adalah pembeljaran berbasis portofolio yang lebih dikenal dengan “Proyek-belajar Kewarganegaraan Kami Bangsa Indoneisa (PKKBI)” dianggap sebagai model pembelajaran yang paling tepat dan sesuai dengan paradigma baru PKn. Model pembelajaran PKn dengan model pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan belajar siswa aktif memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.      Membelajarkan dan melatih siswa berpikir kritis
2.      Membawa siswa mengenal, memilih, dan memecahkan masalah.
3.      Melatih siswa untuk berpikir sesuai dengan metode ilmiah.
4.      Melatih siswa untuk berpikir dengan ketrampilan sosial lain yang sejalan dengan inkuiri.

Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) banyak dibicarakan tentang portofolio. Portofolio berasal dari bahasa inggris “portfolio” yang artinya dokumen atau surat-surat. Dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.
Portofolio sebenarnya dapat diartikan  sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses soial pedagogis, maupun sebagai adjektif. Sebagai suatu benda fisik portofolio itu adalah berkas, yakni suatu kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan dalam suatu berkas.
Dalam konteks pembelajaran, portofolio diartikan sebagai suatu proses sosial paedagogis adalah kumpulan pengalaman belajar yang terdapat dalam pikiran subyek didik, baik yang berwujud pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Untuk memperoleh gambaran tentang pikiran yang ada dalam diri subyek didik itu perlu diungkap dengan memberikan sederet tugas yang merupakan suati kebulatan. Hasil siswa berupa laporan tugas dikumpulkan dalam portofolio/kumpulan pekerjaan. Kumpulan tugas ini dapat bersifat individual atau kelompok.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan bentuk dari praktek belajar kewarganegaraan, dengan maksud membantu subyek didik dalam memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar secara praktik-empirik. Praktik belajar ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, partisipasi, menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, dan berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat.
Portofolio kelas berisi bahan-bahan seperti pernyataan tertulis, peta, grafik, photografi, dan karya seni asli. Bahan-bahan ini menggambarkan:
a.       Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu maslah yang telah dipilih.
b.      Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan alternatif-alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut.
c.       Kebijakan publik yang dipilih atau dibuat siswa untuk mengatasi hal tersebut.
d.      Rencana tindakan yang telah dibuat siswa untuk digunakan dalam mengusahakan agar pemerintah menerima kebijakan yang mereka usulkan.
Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada para siswa dan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang dipergunakan dalam proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraan dan pemerintahannya dengan cara:
a.       Membekali pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara efektif.
b.      Membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi dan efektivitas partisipasi.
c.       Mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warga negara.


Langkah-langkah pembelajaran berbasis portofolio meliputi :
1.      Mengidentifikasi masalah yang terkait dengan materi pelajaran, dengan melalui kegiatan :
  1. Kelompok kecil. Kelompok kecil dalam kelas dapat berdiskusi untuk mencari satu masalah yang selanjutnya disampaikan ke kelas.
  2. Pekerjaan rumah. Misal guru memberi tugas mencari masalah yang ada di sekitar siswa dengan cara melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, melakukan pengamatan di lingkungan atau mencari masalah yang dari media atau dari sumber informasi lain.
2.      Memilih masalah, dengan melakukan kegiatan :
  1. Membuat daftar masalah. Masalah yang berhasil dihimpun siswa baik dari kelompok maupun tugas dibuat dalam daftar masalah di papan tulis.
  2. Melakukan kesepakatan atau pemungutan suara. Para siswa memilih satu dari sejumlah daftar masalah yang ada dengan cara kesepakatan (mufakat) atau dengan pemungutan suara. Masalah yang terpilih akan menjadi bahan bagi pembelajaran portofolio. Dalam pemilihan masalah ini, guru dapat memberi sumbangan pemikiran bahwa masalah yang baik adalah masalah tersebut berkenaan langsung dengan kehidupan keseharian siswa, merupakan masalah yang ada di daerah siswa, aktual, dan perlu segera ditanggulangi.
3.      Mengumpulkan informasi terkait dengan masalah. Pengumpulan informasi dilakukan agar siswa mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi mengenai masalah tersebut. Kegiatan pada langkah ini dapat berupa :
  1. Kegiatan kelas untuk mengidentifikasi sumber-sumber informasi, misalnya : perpustakaan, lembaga, seperti kantor, kepolisian, rumah sakit dan lain-lain yang memiliki kaitan dengan masalah yang telah dipilih
  2. Pekerjaan rumah : melakukan pengumpulan informasi, secara kelompok, dapat dilakukan dengan kunjungan atau lewat telepon ke sumber informasi
4.      Mengembangkan Portofolio Kelas
  1. Ada dua macam, yaitu portofolio yang ditayangkan (Portofolio Penayangan) dan yang disimpan sebagai arsip (Portofolio Dokumentasi)
1)      Portofolio Penayangan berupa papan poster atau papan busa yang nantinya untuk tempat penempelan karya siswa. Karya siswa yang berupa hasil wawancara, hasil kliping, foto, peta, grafik, gambar, pernyataan tertulis, selebaran dan sebagainya yang terkait dengan masalah sesuai dengan kelompok portofolio dipajang di papan tersebut. Portofolio penayangan ini berjumlah empat buah sesuai dengan kelompok protofolio.
2)      Portofolio Dokumentasi. Isinya sama dengan bagian atau seksi penayangan hanya lebih lengkap dan tersusun dalam sebuah map. Untuk seksi penayangan isinya hal hal yang penting atau garis besar yang nantinya dipakai sebagai bahan presentasi untuk penyajian kelas (Show Case). Protofolio Dokumentasi lebih bersifat sebagai dokumen dan bukti karya yang telajh dilakukan siswa. Pada protofolio dokumentasi ini juga berisi 4 bagian sesuai dengan kelompok protofolio.
  1. Membagi kelompok portofolio menjadi empat kelompok, dengan mengadakan pembagian tugas :
1)      kelompok portofolio satu dengan tugas menjelaskan masalah
2)      kelompok portofolio dua bertugas untuk mengkaji beberapa alternatif kebijakan yang diusulkan sebagai pemecahan masalah;
3)      kelompok portofolio tiga bertugas untuk mengusulkan kebijakan pemecahan masalah
4)      kelompok portofolio empat bertugas untuk menyusun rencana tindakan.
  1. Setiap kelompok protofolio mulai melakukan kegiatan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Hasil karya tiap kelompok diwujudkan dalam dua bentuk yaitu portofolio penayangan dan portofolio dokumentasi.
5.      Penyajian portofolio (Show-Case)
Dengan diselesaikannya tugas-tugas persiapan oleh semua kelompok, selanjutnya dilakukan show-case (gelar kasus). Penyajian portofolio digelar di hadapan dewan tiga orang juri yang mewakili kelompok orang tua, masyarakat, dan sekolah. Penyajian portofolio perlu dibantu oleh
moderator sebagai pengendali jalannya penyajian. Setiap selesai penyajian oleh kelompok, dilakukan tanya-jawab dengan para anggota dewan juri. Dengan demikian setiap kelompok mempunyai wakil sebagai juru bicara untuk penyajian kelompok, dan untuk menjawab pertanyaan dewan juri. Penyajian kelompok dilakukan dengan menayangkan portofolio tayangan yang sudah dipersiapkan, sesuai dengan tugas masing-masing kelompok.
6.      Melakukan refleksi pengalaman belajar
Setelah kelas selesai menyajikan portofolio dengan kegiatan show-case maka dilakukan refleksi pengalaman belajar. Merefleksi berarti bercermin, maknanya adalah bercermin dari pengalaman belajar portofolio baik yang dilakukan secara individu, kelompok maupun secara klasikal. Dalam refleksi siswa diajak untuk mengevaluasi tentang apa dan bagaimana mereka telah belajar, serta apa yang akan dilakukan sendainya melakukan portofolio di kemudian hari. Refleksi pengalaman belajar berguna untuk menghindari kesalahan di masa mendatang serta untuk meningkatkan kinerja belajar siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar