Ahok? Apa hubungannya?
Jika kita berada di kabupaten ini, sudah tidak asing lagi mendengar nama Bupati
yang diidentikan dengan mantan Gubernur DKI Basuki Tjahya Purnama. Gubernur
yang akrab dipanggil Ahok memang dikenal hampir oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Di salah satu Kabupaten di NTT ternyata ada sosok yang oleh
masyarakat dipanggil sebagai Ahok. Bukan karena kasus penodaan agama, tetapi
prestasi kerja yang dilakukannya. Tegas, berwibawa dan tidak pandang bulu, itulah
sosok Bupati Kabupaten Ngada. Kabupaten yang dipenuhi sejuta pesona baik alam
maupun potensi pertanian, peternakan dan perikanan. Alam? Wilayah pegunungan NTT
memang dikenal dengan keindahan alam. Pantai, gunung, air terjun, air panas, kampung
adat, menjadi suguhan menyejukkan mata, hati, dan pikiran.
(Foto: Jalan Menuju Air Panas Mengeruda)
Seperti yang
kami jelajahi beberapa waktu lalu. Air panas menjadi tujuan pertama di pagi
hari. Air panas mungkin menjadi hal biasa bagi pelancung wisata air. Namun, apa
yang berbeda dari air panas yang ada di Kabupaten Ahok-nya NTT ini? Air panas Mengeruda, orang Soa menyebutnya. Soa adalah salah satu Kecamatan yang ada di
Kabupaten yang sejak tahun 2015 sudah tidak termasuk daerah 3T (tertinggal,
terdepan, terpencil) lagi. Berada 16 km dari Kota Kabupaten, menyusuri jalan
naik turun, hutan, dan bau busuk khas belerang. Tak lebih dari 30 menit
perjalanan, kami sampai di wisata air panas Mengeruda (disebut juga Ae Sale).
Mengawali
masuk ke areal air panas, kami disuguhi pemandangan rumah adat sebagai tempat
pembelian tiket masuk. Cukup bersahabat harga tiket yang ditawarkan, empat ribu
rupiah. Tentu tidak termasuk biaya berteduh alat transportasi yang kita gunakan.
Hamparan sungai atau lebih layak disebut anak sungai menyapa setelah melakukan
proses chek in. Anak sungai yang
berliku dengan warna bebatuan kuning keemasan pertanda tingginya kandungan
belerang disana. Kolam pemandian adalah tujuan akhir dari wisata ini. Kolam dengan
diameter 7 meter berbentuk hampir lingkaran adalah tempat mandi favorit. Airnya
cukup panas, sekitar 40-50 C, karena memang menjadi pusat mata air di kawasan yang dipenuhi
pohon-pohon peneduh semacam beringin dan kelapa. Tak lama kami bertahan untuk
berendam, sesekali bercanda tawa dengan pengunjung lainnya. Kali ini kami
bertemu dengan turis asing dan tentunya pribumi yang menjadi member setia dari permandian air panas.
(Foto: Pintu Masuk Air Panas Mengeruda)
(Foto: Kolam Permandian Air Panas Mengeruda)
(Foto: Aliran Pertemuan Air Panas dan Anak Sungai)
(Foto: Anak Sungai di Dalam Kawasan Air Panas Mengeruda)
Selepas menghangatkan
badan, ada satu objek wisata air yang tak boleh dilewati untuk mendinginkan
badan ketika matahari sudah berada di atas kepala. Kembali ke arah pusat kota,
kami menuju air terjun. Air terjun? Tentunya kabupaten yang mayoritas katolik
ini, mempunyai banyak air terjun karena kondisi geografisnya yang ada di
dataran tinggi. Hanya butuh lima kali putaran lagu pengiring yang ada di alat
audio mobil, kami sudah tiba di lokasi. Terang saja kami terenyah, air terjun
dengan ketinggian lebih dari 10 meter bergemerincik ke seluruh tubuh. Jarak kami
dengan pusat jatuhnya air cukup jauh, namun, hempasan angin pegunungan membawa
percikan air meluber dalam radius 15 meter. Sungguh eksotis, bebatuan lumutan
menghiasi taman alami yang ada berdampingan dengan air terjun ini. Air terjun
ini disebut air terjun Ogi. Sangat rugi
jika kita berkunjung ke kabupaten penghasil kopi terbaik dunia, tidak
menyempatkan badan ke dua wisata air ini. Selamat berkunjung, dan nikmatilah
Indonesia yang sebenarnya.
(Foto: Air Terjun Ogi Dengan Ketinggian 10 meter)
Penulis: Dek
Ngurah Laba Laksana
Adalah dosen
di Kampus STKIP Citra Bakti, Kabupaten Ngada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar