Senin, 15 Januari 2018

Wisata Air di Kabupaten “Ahok-nya NTT”

Ahok? Apa hubungannya? Jika kita berada di kabupaten ini, sudah tidak asing lagi mendengar nama Bupati yang diidentikan dengan mantan Gubernur DKI Basuki Tjahya Purnama. Gubernur yang akrab dipanggil Ahok memang dikenal hampir oleh seluruh masyarakat Indonesia. Di salah satu Kabupaten di NTT ternyata ada sosok yang oleh masyarakat dipanggil sebagai Ahok. Bukan karena kasus penodaan agama, tetapi prestasi kerja yang dilakukannya. Tegas, berwibawa dan tidak pandang bulu, itulah sosok Bupati Kabupaten Ngada. Kabupaten yang dipenuhi sejuta pesona baik alam maupun potensi pertanian, peternakan dan perikanan. Alam? Wilayah pegunungan NTT memang dikenal dengan keindahan alam. Pantai, gunung, air terjun, air panas, kampung adat, menjadi suguhan menyejukkan mata, hati, dan pikiran.
(Foto: Jalan Menuju Air Panas Mengeruda)
Seperti yang kami jelajahi beberapa waktu lalu. Air panas menjadi tujuan pertama di pagi hari. Air panas mungkin menjadi hal biasa bagi pelancung wisata air. Namun, apa yang berbeda dari air panas yang ada di Kabupaten Ahok-nya NTT ini? Air panas Mengeruda, orang Soa menyebutnya. Soa adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten yang sejak tahun 2015 sudah tidak termasuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, terpencil) lagi. Berada 16 km dari Kota Kabupaten, menyusuri jalan naik turun, hutan, dan bau busuk khas belerang. Tak lebih dari 30 menit perjalanan, kami sampai di wisata air panas Mengeruda (disebut juga Ae Sale).
Mengawali masuk ke areal air panas, kami disuguhi pemandangan rumah adat sebagai tempat pembelian tiket masuk. Cukup bersahabat harga tiket yang ditawarkan, empat ribu rupiah. Tentu tidak termasuk biaya berteduh alat transportasi yang kita gunakan. Hamparan sungai atau lebih layak disebut anak sungai menyapa setelah melakukan proses chek in. Anak sungai yang berliku dengan warna bebatuan kuning keemasan pertanda tingginya kandungan belerang disana. Kolam pemandian adalah tujuan akhir dari wisata ini. Kolam dengan diameter 7 meter berbentuk hampir lingkaran adalah tempat mandi favorit. Airnya cukup panas, sekitar 40-50 C, karena memang menjadi pusat mata air di kawasan yang dipenuhi pohon-pohon peneduh semacam beringin dan kelapa. Tak lama kami bertahan untuk berendam, sesekali bercanda tawa dengan pengunjung lainnya. Kali ini kami bertemu dengan turis asing dan tentunya pribumi yang menjadi member setia dari permandian air panas.
(Foto: Pintu Masuk Air Panas Mengeruda)

 (Foto: Kolam Permandian Air Panas Mengeruda)

 (Foto: Aliran Pertemuan Air Panas dan Anak Sungai)

(Foto: Anak Sungai di Dalam Kawasan Air Panas Mengeruda)

Selepas menghangatkan badan, ada satu objek wisata air yang tak boleh dilewati untuk mendinginkan badan ketika matahari sudah berada di atas kepala. Kembali ke arah pusat kota, kami menuju air terjun. Air terjun? Tentunya kabupaten yang mayoritas katolik ini, mempunyai banyak air terjun karena kondisi geografisnya yang ada di dataran tinggi. Hanya butuh lima kali putaran lagu pengiring yang ada di alat audio mobil, kami sudah tiba di lokasi. Terang saja kami terenyah, air terjun dengan ketinggian lebih dari 10 meter bergemerincik ke seluruh tubuh. Jarak kami dengan pusat jatuhnya air cukup jauh, namun, hempasan angin pegunungan membawa percikan air meluber dalam radius 15 meter. Sungguh eksotis, bebatuan lumutan menghiasi taman alami yang ada berdampingan dengan air terjun ini. Air terjun ini disebut air terjun Ogi.  Sangat rugi jika kita berkunjung ke kabupaten penghasil kopi terbaik dunia, tidak menyempatkan badan ke dua wisata air ini. Selamat berkunjung, dan nikmatilah Indonesia yang sebenarnya.
 (Foto: Air Terjun Ogi Dengan Ketinggian 10 meter)

 (Foto: Beberapa Pengunjung Air Terjun Ogi)

Penulis: Dek Ngurah Laba Laksana

Adalah dosen di Kampus STKIP Citra Bakti, Kabupaten Ngada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar