Jumat, 31 Oktober 2014

Motivasi Prustasi



MOTIVASI  PRUSTASI
31 Oktober adalah perayaan Haloowen dinegeri Pamansam sana. Tanggal itu juga identik dengan kisah seseorang yang terlahir sama dengan perayaan pesta hantu orang amrik. Ini bukan karena kisahnya yang menarik, tapi cukup menggelitik kaum tak dianggap yang hidup berkecukupan. Tidak seperti kisah orang yang miskin harta, miskin berpikir, dan miskin hati yang banyak memulai dari nol. Kisah orang ni mulai dari  0 + 1. Dialah sesosok pria sebutan lebih keren daripada laki-laki. Dia juga lahir 31 Oktober itu. Di sebuah kampung, lebih tepatnya pinggiran kota kecil mungil “Perbatasan Desa Nusasari dengan Desa Melaya” salah satu desa di Bali Barat. Tepat 29 tahun lalu (coba hitung tahun berapa itu). Dia lahir dengan sempurna di sebuah bilik bidan desa (ehh, lebih tepat bidan pinggiran kota). Nama tidak pentinglah, tapi sebut saja namanya Dek Ngurah Laba Laksana (bukan nama samaran). Hidup dalam keluarga (Ibu = pekerja serabutan, bapak = PNS golongan II) tapi Dia lebih senang menyebut pekerjaan Ibunya adalah Ibu Rumah Tangga yang kini sudah almarhun tepat beberapa hari sebulum pria tersebut melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Tidak terlalu hebat kok, dia hanya kuliah di kampus kecil (di Bali Utara). Namun berkat kampus itu dia bisa menjadi orang tidak terlalu pantas disombongkan juga sih. Maklum pekerjaannya kini hanya sebagai tenaga pengajar bagi mereka yang ingin menjadi guru.

Kembali ke kisah kelahirannya yang cukup sempurna. Saya katakan demikian, karena kini pria itu sedikit tidak sesempurna gambar manusia saat diajarkan oleh guru kelas 1 SD dulu tentang bagian-bagian tubuh manusia. Kecewakah dia? Tentu tidak. Itu adalah bagian cerdas dari Sang Maha Khalik. Dia bersekolah di mulai dari taman kanak-kanak kurang lebih 5 Km dari rumah bambunya (rumah sewaan kebun pertanian milik pemkab). Tapi ijasah itu sampai sekarang entah dimana, kata Bapaknya sih, masih dibawa guru TK-nya dulu. Alhasil, masuk SD tanpa ijasah TK (kalau sekarang jelas tidak bisa). Lanjut lagi ya, sekolah SD di pemukiman padat orang jawa muslim, membuatnya cukup fasih berbahasa jawa waktu itu. Prestasi ada tidak? Kala itu ada. Juara I tidak pernah lepas dari jemari kecilnya. Tapi, itu dulu, hanya sampai kelas 2 SD saja. Karena kelas 3 SD sampai SMA tidak pernah lagi mendapatkan itu. Mungkin karena tidak pintar, tapi kebetulan saja wali kelasnya salah tulis angka. Hahahahaha, begitu dia ketawa saat mendengar kata itu dari teman-tema sekelasnya dulu. Sambung terus ke jenjang perguruan tinggi, disini kisahnya dipercepat saja. Kuliah biasa dari semester satu sampai semester sembilan. Nah, kisah prustasinya (bukan prestasi lho). Itu terjadi saat semester 6 akhir, bukannya belajar dengan rajin dia malah buat anak dengan giat (dilarang ditiru, kecuali kepepet). Dia akhirnya menikahi teman satu kelas dan satu jurusan. Heboh banget,  gimana tidak. Dia adalah ketua HMJ (ketua kelas versi sekolahan). Harusnya jadi teladan malah jadi telat-telatan. Saya percepat lagi, masuk gigi empat nih. Dia akhirnya nikah, kerja dan sambil kuliah. Selesai kuliah S-2 (keren ga?) langsung pergi jauh. Orang Bali bilang, kalau keluar bali itu namanya jauh. Dia malah berpikir cari kerja pulau yang waktu belajar IPS dulu termasuk pulau asing, aneh, sepi, gersang. Pulau yang tidak sesuai dengan penjelasan di buku IPS saya dulu. Kata dia, pulau itu surga. Indah, sejuk (malah dingin sekali). Meninggalkan istri dan seorang anak yang dikasihi, dia merantau tidak jelas. Bahkan kini merantau lagi di pulau paling kaya (bukti sejarah pulau ini diduduki Belanda, Inggris dan Jepang). Ya apa lagi kalau bukan Jawa. Di jaman kerajaan Singosari dulu, di Kota Malang. Merintis tambahan ilmu untuk bekal bukan hari tua-bekal cari bekal saja. Ya jelaslah, dia masih cukup muda diantara teman sejawat yang menempuh studi S-3 di salah satu Universitas Negeri. Apakah dia akan kembali prustasi??? Saya kira tidak, dia pasti tambah prustasi sekali. Dengan prustasi itu, dia akan menjadi profesor yang membanggakan almarhum ibunya-Ni Nyoman Nyandrin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar