by: D.N. Laba Laksana
(sumber gambar: ria.choosen.net)
Terkhayalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara kuat di masa depan. Mungkin saja iya, atau malah sebuah antipati. Sebut saja iya, Indonesia atau segelintir anak bangsa atau anak emas bangsa ini mengibarkan bendera Merah Putih di beberapa event internasional. Juara olimpiade sains, biologi, fisika, kimia, matematika menjadi penghias layar kaca setiap saat. Itu tidak satu atau dua orang tetapi segelintir anak bangsa.
Namun, potret ini tidaklah mewakili seluruh cakrawala Jamrud Khatulistiwa. Tengoklah profil pendidikan di provinsi yang dilabel terdepan, tertinggal, dan terluar. Provinsi NTT salah satunya. sebenarnya pelabelan yang kurang sepadan dengan nilai rasa yang dihadapi masyarakat NTT atau untuk beberapa wilayah di NTT. Karena tidak selayaknya ini terjadi, di NTT. Di Jawa dan Sumatera yang menjadi barometer pendidikan Tanah Air masih tersimpan dokumentasi pendidikan yang mengerikan.
Siapa yang salah? Bisa dikatakan kami, pengelola perguruan tinggi. Yang menjadi mesin pencetak tenaga pendidik dan kependidikan. Jelas ini sebuah kesalahan yang sebenarnya sudah tahu jawabannya. Tapi tidak berdaya oleh situasi dan tekanan. Pendidikan mahal dan pendidikan komersial atau menjadi pencitraan diri.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar