Siswa makan
keju guru makan singkong
By: laba
laksana
Memang menterjadikan pendidikan berkualitas sesuai
amanat Undang-undang hasil kajian pakar terbaik Indonesia seperti istana penuh
simsalabim adalah langkah berat dengan punggung membungkuk keberatan. Aneh jika
tidak membungkuk. Beban administrasi, tuntutan si Manager, dan inginnya orang
tua menjadi alloy dipundak. Sulit
dipungkiri, elitisme siswa menjadi dilema seorang pengajar seperti saya. Setiap
hari mereka turun dari mobil mewah sementara guru dengan gagah turun dari
sepeda motor dekil pasca menerobos butiran debu ketika digunakan setiap kali
mengajar les ke istana mewah itu. Mengapa justru dilematis? Padahal uang yang
dimiliki oleh bokap nyokap mereka tidak berbatas jumlahnya. Pendidikan zaman
sekarang memerlukan itu. Itu memang benar adanya, tapi belum ada grafik linear
antara minat belajar siswa dengan kelimpahan rupiah atau dollar yang mereka
miliki.
Faktanya memang, siswa sangat sulit mengajar mereka
dengan minat yang sangat rendah. Jangankan minat, pekerjaan rumah alias PR yang
seharusnya dikerjakan pun tiada. Ulangan sekedar memberikan jawaban, malah ada
yang sengaja tidak menjawab. Belajar di kelas pun seperti itu, seperti terbiasa
dengan rutinitas rumah atau tempat rekreasi ala Ausie atau Amrik nya.
Sanksi tegas seolah hanya sebagai penakut anak bayi
bagi mereka. Bahkan mereka meminta sanksinya sendiri. Dan apa yang diberikan
oleh sekolah, ya kebijakan tetap saja memanipulasi hasil belajar mereka, karena
sekolah perlu siswa atau lebih tepatnya perlu uang. Masuknya siswa juga sekedar
mengikuti arus. Walaupun siswa tidak paham betul bahasa Indonesia (ceritanya
murid impor) tetap saja ikut belajar seperti biasa, yang ujung-ujungnya adalah
naik kelas. Bukan karena gurunya tidak bisa berbahasa Inggris, tapi karena
siswanya hanya tahu bahasa negaranya sendri.
Tapi
ini tentunya membawa citra yang baik bagi sekolah, bagaimana tidak, siswa yang
masuk ke sekolah itu banyak dari Jepang, Eropa, Australia, Amerika. Bangga pastinya,
karena dianggap gurunya mampu berbahasa Inggris atau bahasa Jepang sama baiknya
dengan siswa tersebut.
Nyatanya itu hanya isapan jari tengah. Sangat miris,
dengan rupiah yang bergelimang tapi masih saja sang pendidiknya meriang. Inilah
siswa yang makan keju, si pendidik tetap terpaksa lahap dengan singkongnya.
...Semoga
meng-inspirasi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar